1 Syawal 1444 H Kemungkinan Berbeda dengan Pemerintah, Simak Penjelasan Muhammadiyah

Sedang Trending 7 bulan yang lalu

Padang, Padangkita.com – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1444 H alias Hari Raya Idul Fitri 1444 H/ 2023 M, jatuh pada hari Jumat, 21 April 2023.

Penetapan 1 Syawal alias Hari Raya Idul Fitri ini, kemungkinan bakal berbeda dengan penetapan Pemerintan. Untuk memberi pemahaman, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengadakan Sosialisasi Hasil Hisab 1 Syawal dan 1 Zulhijah 1444 H.

Menurut Muhammadiyah, sosialisasi ini memang ditujukan untuk menyampaikan hasil hisab Muhammadiyah mengenai awal Syawal, lantaran besar kemungkinan bakal terjadi perbedaan dengan Pemerintah Indonesia.

“Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep Hisab Hakiki Wujudul Hilal sebagai metode penetapan awal bulan kamariah nan sah secara syar’i, serta menguatkan penyelenggaraan ibadah Idul Fitri dan Idul Adha mengikuti hasil hisab Muhammadiyah,” demikian penjelasan Muhammadiyah dikutip dari laman Muhammadiyah, Minggu (16/4/2023).

Materi sesi pertama sosialisasi nan telah diadakan Sabtu (15/4/2023), disampaikan oleh Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, M.A. dengan titel “Hisab dalam tinjauan hukum dan literatur.”

Ia menyampaikan tentang beberapa argumen hisab sebagai metode penentuan awal bulan. Pertama, mobilitas barang langit berkarakter teratur dan eksak. Menurut Arwin, melalui observasi dan penelaahan ilmiah, manusia bisa mengawasi kejadian bulan dan matahari. Argumen ini dia sampaikan berasas telaahnya terhadap QS. Yunus ayat 5 dan Qs Al-Isra’ ayat 12.

Kedua, sifat informatif-imperative ayat-ayat hisab. Firman Allah dalam QS. Yunus ayat 5, Al-Isra’ ayat 12, dan Yasin ayat 39 tidak hanya berisi informasi, tetapi juga mendorong untuk melakukan kalkulasi terhadap mobilitas mentari dan bulan.

Perhitungan ini berfaedah lantaran dapat dijadikan dasar penentuan waktu oleh umat Islam nan diterjemahkan dalam hari, tanggal, bulan, dan tahun.

Ketiga, redaksi sabda faqduru lah diartikan sebagai fahsibu lah (maka hitunglah!). Kempat, rukyat diartikan sebagai rukyat bil ‘ilmi. Menurut Arwin, betapapun kata derivasi “ra’a” dalam literatur sabda Nabi saw mengenai rukyat berarti memandang dengan mata, pengertian “ru’yah” itu sendiri secara bahasa dapat pula berarti memandang secara ilmiah (ilmu). rukyat bil ‘ilmi sejatinya sinonim dengan hisab.

Kelima, sifat ummy (buta huruf dan angka) sudah hilang. Menurut Arwin, saat ini rukyat bukan kriteria absolut untuk memastikan masuknya sebuah awal bulan. Zaman Nabi Saw menggunakan rukyat lantaran masyarakatnya tetap belum bisa membaca dan menghitung. ‘illat ini telah hilang, sehingga rukyat tidak lagi relevan untuk digunakan sebagai metode penentuan awal bulan.

Keenam, Rukyat adalah sarana, bukan tujuan ataupun langkah absolut dalam penentuan awal bulan. Rukyat bukan merupakan bagian dari ibadah puasa, dia hanya bagian dari langkah teknis untuk menentukan masuknya awal bulan. Sehingga mengganti rukyat dengan hisab, tidak menghilangkan prinsip dari ibadah puasa.

Ketujuh, hisab berkarakter qath’i/yaqin, sedangkan rukyat berkarakter zhanni. Kedelapan, analogikan penentuan awal bulan dengan penentuan waktu salat. Jika waktu salat menggunakan hisab, kenapa tidak untuk menentukan awal bulan.

“Tidak ada asalan bagi kita untuk tidak menerima hisab dalam penentuan awal-awal bulan hijriah, di antaranya Ramadan, Syawal, dan Zulhijah,” kata Arwin.

Hasil Hisab 1 Syawal 1444 H

Pada sesi kedua, materi diberikan oleh Oman Fathurohman. Judul nan disampaikan adalah “Hasil hisab 1 Syawal dan 1 Zulhijah 1444 H”.

Ia menjelaskan langkah dan hasil kalkulasi awal Syawal dan Zulhijah tahun ini. Tinggi bulansabit pada awal Syawal di Yogyakarta adalah +01° 47’ 58’’ (sudah wujud). Ketinggian bulansabit lebih rendah untuk wilayah sebelah Timur Yogyakarta, seperti Makassar dan Papua. Sedangkan wilayah di sebelah Barat, antara lain Jakarta, Aceh, dan Arab Saudi ketinggian bulansabit lebih tinggi.

“Karena semakin ke Barat, maka tinggi bulansabit semakin tinggi,” kata Oman.

Sasaran sosialisasi ini adalah penduduk Persyarikatan dengan mengundang MTT PDM dan PWM di seluruh Indonesia serta pengajar Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA). Acara tersebut diikuti oleh peserta secara online melalui zoom dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Tarjih Channel.

Baca juga: Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 1444 H Jatuh pada 23 Maret 2023

Dengan adanya sosialisasi nan telah dilakukan, MTT PP Muhammadiyah berambisi penduduk Muhammadiyah memahami hisab asasi wujudul bulansabit secara syar’i. Kemudian melaksanakan Idul Fitri dan Idul Adha sesuai dengan maklumat nan telah diterbitkan. [*/pkt]

Selengkapnya
Sumber News Trending
News Trending